Archive for the ‘Sekolah’ Category

MAHASISWA HARUS MENULIS

Posted: 29 September 2016 in Sekolah

(Dari kisah Mantan Mahasiswa Program Pascasarjana IKJ yang lulus)

dbv5i7sK.png

Penulis adalah salah satu penerima Beasiswa Unggulan dari Biro PKLN Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 2011 untuk program pascasarjana. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi sebagai penerima beasiswa itu adalah menulis artikel di jurnal (ilmiah, nasional, internasional –dengan status terakreditasi ataupun tidak) maupun pada majalah berskala nasional.

Begitupun, dalam Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Kemendikbud) tertanggal 27 Januari 2012 ada program yang mensyaratkan bahwa lulusan perguruan tinggi jenjang Sarjana (S-1) diharuskan membuat makalah yang diterbitkan di jurnal ilmiah, jenjang magister (S-2) harus diterbitkan di jurnal nasional dan jenjang doktor (S-3) harus menerbitkan makalahnya dalam jurnal internasional.

Beberapa menolak dicetuskannya program ini, termasuk diantaranya Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTSI). Alasannya jurnal yang terdapat di perguruan tinggi Indonesia masih sedikit jumlahnya. Selain itu mengaitkan antara kelulusan mahasiswa dengan publikasi makalah/artikel ilmiah dianggap kurang logis.

Pendapat penulis, bahwa pihak pemerintah sedang “memaksa” setiap mahasiswa untuk (bisa) menulis. Untuk SE DIKTI menjadi problem tersendiri karena jurnal (apalagi ilmiah) memiliki beban keilmuwan yang tentunya tidak ringan. Penulis pernah mengikuti semiloka dan lokakarya tentang jurnal ilmiah pada bulan Juli 2011 di Batu Malang yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Malang (Bulan Maret akan diadakan acara serupa, dengan tema, lokasi dan kepanitiaan yang sama juga). Betapa menulis makalah untuk sebuah jurnal perguruan tinggi memiliki tingkat kesulitan yang “amat” tinggi –karena beban akademik dan ilmiah yang mengiringinya. Sebagai contoh, setiap makalah untuk jurnal harus memiliki konten yang bermuatan pemikiran ataupun penelitian. Begitu juga dalam setiap makalah itu harus memiliki sistematika ketat –mencantumkan abstrak tulisan, kata kunci, pendahuluan, pembahasan, kesimpulan dan daftar pustaka. Bandingkan dengan artikel yang dimuat dalam majalah atau media cetak yang tidak perlu terbebani dengan tata cara penulisan yang ketat.

Namun, konsekuensi dari seroang mahasiswa selain belajar tentunya juga mampu menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan dengan kemampuan ilmiah –seperti yang tercantum dalam persyaratan dalam menulis jurnal misalnya. Ketakutan dari berbagai pihak akan ketidakmampuan mahasiswa calon lulusan perguruan tinggi dalam menulis semestinya tidak perlu menjadi sebuah permasalahan besar. Karena memang menjadi seorang sarjana, magister atau doktor adalah bukan sekedar menyandang gelar semata tapi juga mampu mengelola pemikirannya yang dituangkan melalui makalah yang dibuatnya. Dan ini menjadi satu dari beberapa bukti bahwa mahasiswa tersebut layak menyandang gelarnya. Dan publikasi ilmiah ini ke tengah publik tentunya sebagai ajang pembuktian pula bahwa mahasiswa ini bukan semata terluluskan oleh penguji internal perguruan tingginya, tapi telah teruji kelulusannya ditengah masyarakat banyak –dengan kata lain masyarakat adalah penguji sebenarnya, dan ini memiliki nilai objektifitas yang tinggi.

Jika tradisi menulis bagi mahasiswa bisa ditegakkan, jurnal perguruan tinggi akan bertumbuhan seiring kebutuhan bagi setiap mahasiswa untuk mempublikasikan pemikirannya. Tumbuhnya jurnal-jurnal perguruan tinggi, tentu menguntungkan perguruan tinggi bersangkutan, karena Tri Darma Perguruan Tinggi terpenuhi.